Fotografi adalah seni menggambar objek dengan menggunakan
cahaya
·
Photos = cahaya
·
Graphien = menggambar
Langkah-langkah
Belajar Fotografi
1.
Kita memerlukan kamera. Berdasarkan ukuran
sensor, kamera terbagi dua, kamera saku dan kamera DSLR.
2.
Kita perlu belajar tentang eksposur cahaya.
Inti dari fotografi adalah eksposur, atau total cahaya yang masuk ke dalam
sensor peka cahaya. Peran kita sebagai fotografer adalah mengandalikan jumlah
cahaya yang masuk dengan mengubah besarnya bukaan lensa, kecepatan rana, dan ISO.
Tiga elemen ini disebut dengan segitiga emas fotografi.
3.
Kita tentu harus mempelajari kamera kita,
terutama mode-modenya, pengukuran cahaya dan autofocus.
4.
Kita perlu tahu apa itu kedalaman fokus (deep
of field) dan apa faktor-faktornya.
5.
Kita harus tahu bagaimana mengambil gambar yang
tajam dan tidak kabur.
6.
Kita harus mempelajari komposisi foto yang baik
dan menarik.
7.
Kita harus mempelajari karakter cahaya terutama
arah dan intensitas cahaya.
8.
Kita harus belajar antisipasi dan mengambil
foto pada waktu yang cepat/momen.
9.
Kita harus belajar bercerita lewat foto, entah
dengan satu foto atau satu seri foto.
10. Kita
harus belajar mengolah foto dan efek digital.
Prinsip
Kerja Kamera
1.
Cahaya masuk ke dalam kamera melalui lensa.
2.
Objek yang akan diambil gambarnya dapat dilihat
di viewfinder.
3.
Pada kamera analog cahaya tersebut digunakan
untuk membakar film.
4.
Pada kamera digital cahaya diterima oleh sensor
yang kemudian diubah ke data digital. Data tersebut kemudian disimpan pada
media penyimpanan seperti SD Card, CF, MMC dll.
Macam-macam
Kamera
1.
Kamera Pocket
– Kamera point and shoot.
– Dimensi kecil dan praktis.
– Fasilitas: zoom, LCD putar, video dst.
– Kamera point and shoot.
– Dimensi kecil dan praktis.
– Fasilitas: zoom, LCD putar, video dst.
2.
Kamera SLR
– Single Lens Reflex: mencegah efek parallax.
– Parameter setting:
* Shutter speed – kecepatan rana.
* Aperture – bukaan diafragma.
* Focus
– Memiliki banyak fasilitas pendukung: berbagai jenis lensa, filter dll.
– Single Lens Reflex: mencegah efek parallax.
– Parameter setting:
* Shutter speed – kecepatan rana.
* Aperture – bukaan diafragma.
* Focus
– Memiliki banyak fasilitas pendukung: berbagai jenis lensa, filter dll.
3.
Range Finder
– Kamera point and shoot lensa tetap.
– Setting shutter speed, aperture, dan focus.
– Dapat menggunakan filter.
– Kamera point and shoot lensa tetap.
– Setting shutter speed, aperture, dan focus.
– Dapat menggunakan filter.
4.
Medium Format
– Mirip SLR namun film lebih lebar (120 mm).
– Biasa digunakan untuk pemotretan still life (benda tidak bergerak), untuk keperluan bisnis iklan dan majalah membutuhkan gambar yang besar.
– Mirip SLR namun film lebih lebar (120 mm).
– Biasa digunakan untuk pemotretan still life (benda tidak bergerak), untuk keperluan bisnis iklan dan majalah membutuhkan gambar yang besar.
5.
Kamera Large Format
– Disebut view camera. Film 45 inchi atau 8 x 10 inchi.
– Digunakan untuk media cetak dengan ukuran sangat besar dan kualitas sangat bagus.
– Umumnya digunakan untuk keperluan khusus, seperti foto udara, foto arsitektur dengan jarak dekat tanpa menimbulkan distorsi.
– Disebut view camera. Film 45 inchi atau 8 x 10 inchi.
– Digunakan untuk media cetak dengan ukuran sangat besar dan kualitas sangat bagus.
– Umumnya digunakan untuk keperluan khusus, seperti foto udara, foto arsitektur dengan jarak dekat tanpa menimbulkan distorsi.
6.
Kamera Instan
– Unggul dalam kecepatan menghasilkan gambar.
– Tidak perlu proses cuci cetak film.
– Tidak memiliki klise sehingga bisa dicetak ulang.
– Unggul dalam kecepatan menghasilkan gambar.
– Tidak perlu proses cuci cetak film.
– Tidak memiliki klise sehingga bisa dicetak ulang.
1.
Memahami fotografi seni tingkat terendah adalah memahami teknik. Yang tertinggi
adalah memahami isi. Bila kita akan memotret foto seni maka kita harus dapat
memahami dasar- dasar fotografi seni. bisa juga sebagai pemula dapat memahami
fungsi dari sebuah kamera tersebut dan tahu cara penggunaannya. Lalu seandainya
kita sudah bisa memahami kamera tersebut atau fungsi- fungsi dari kamera
tersebut kita bisa memotret foto seni tetapi hanya di tingkat terendah saja.
Apabila kita ingin mendapatkan hasil di tingkat tertinggi maka kita harus dapat
memahami isi cerita dalam foto tersebut. Maksud cerita isi foto tersebut
adalah foto dapat berbicara atau dapat bercerita dengan sendirinya, meskipin
foto tersebut tidak berbicara secara langsung dengan sendirinya, tetapi kita
dapat merasakan isi cerita dalam foto tersebut.
2.
Memahami fitigrafi seni tingkat sedang adalah memahami soal komposisi angel
pemotretan dan moment. Jadi di fotografi seni tingkat sedang ini kita harus
memahami soal komposisi angel pemotretan dan moment. Pemahaman tersebut di bagi
menjadi 3 yaiti pertama soal komposisi: sebelum memotret kita harus mengatur
obyek komposisi yang ingin di potret dengan sedemikian rupa atau sesuai selera
yang ada dalam jiwa seni anda. Seharusnya komposisi tersebut tidak boleh bocor
dari pemotretan
tersebut
( terdapat celah yang kosong dalam foto tersebut ). Yang kedua adalah angel
pemotretan : pemotretan tidak harus dari depan obyek namun dapat dilakukan dari
berbagai sisi. Maksutnya adalah, apabila kita memotret dari depan obyek namun
hasilnya tidak maksimal, kita dapat melakukan pemotretan dari berbagai sisi
sampai kita dapat menghasilkan hasil yang maksimal. Yang ke tiga adalah moment
: untuk mendapatkan hasil pemotretan yang bagus adalah kita harus dapat
menentukan moment yang sesuai sebagai obyek dalam sebuah pemotretan.
3.
Memahami soal teknik dalam fotografi seni bisa penting bisa tidak. Dengan mode
otomatis , soal teknik sebenarnya bisa diabaikan. Maksut dari kalimat tersebut
adalah sebenarnya teknik fotografi seni dapat di pahami dengan singkat, jika
orang tersebut mempunyai jiwa seni yang tinggi, tergantung dengan individu
indivdu masing- masing . dengan mode otomatis soal teknik sebenarnya bisa
diabaikan apabila individu tersebut tidak terlalu paham dengan teknik
fotografi. Tetapi terdapat kekurangan didalam individu tersebut, karena seolah
– olah individu tersebut yang dimainkan kamera, bukan kamera ysng kita mainkan.
Jika individu tersebut mau memahami kamera tersebut lebih dalam, kita juga
dapat ilmu dari kamera tersebut dan dapat memainkan kamera tersebut dengan baik
dan benar.
4.
Memahami soal teknis jadi penting manakala sering memotret dalam kondisi sulit
seperti memadukan dua macam pencahayaan. Pemotratan dalam kondisi sulit dapat
terlihat budah apabila kita memahami soal teknis seperti memadukan dua macam
pencahayaan. Karena memotret dalam kondisi sulit tersebut harus memahami teknik
tingkat tinggi. jika teknik tersebut tidak dikuasai, maka hasil foto
tidak maksimal bisa jadi tidak berbentuk foto tetapi gambar tersebut tidak
jelas atau buram. Dan jika menggunakan teknik memadukan dua pencahayaan kita
harus membutuhkan alat tambahan seperti softblock atau flash tambahan yang
mempunyai trigger masing – masing. Karena foto seni tersebut jika ingin menjadi
foto seni yang terbaik harus menggunakan alt tambahan tersebut.
5.
Memahami isi foto adalah memahami makna – makna yang bisa tersirat. Apabila
kita ingin mendapatkan hasil di tingkat tertinggi maka kita harus dapat
memahami isi cerita dalam foto tersebut. Maksud cerita isi foto tersebut
adalah foto dapat berbicara atau dapat bercerita dengan sendirinya, meskipin
foto tersebut tidak berbicara secara langsung dengan sendirinya, tetapi kita
dapat merasakan isi cerita dalam foto tersebut. Selain foto dapat berbicara
untuk mengungkapkan isi didalam foto tersebut, kondisi atau suasana yang
terdapat dalam obyek foto juga dapat menggambarkan isi foto tersebut.
Selain obyek foto, suasana , dan background tersebut yang
dapat berbicara, namun di sekitar obyek juga dapat menggambarkan
isi foto tersebut.
6.
Dalam foto seni, pemahaman akan isi adalah bagian terpenting. Sebuah foto seni
bukan paparan visual. Apabila kita ingin mendapatkan hasil di tingkat tertinggi
maka kita harus dapat memahami isi cerita dalam foto tersebut. Maksud cerita
isi foto tersebut adalah foto dapat berbicara atau dapat bercerita dengan
sendirinya, meskipin foto tersebut tidak berbicara secara langsung dengan
sendirinya, tetapi kita dapat merasakan isi cerita dalam foto tersebut. Maksud
foto seni bukan paparan visual adalah foto tersebut tidak hanya bisa di lihat
saja namun juga dapat di rasakan dengan perasaan atau hati. Karena bisa saja
foto tersebut menggambarkan sebuah perasaan seseorang dan biasanya
perasaan tersebut adalah perasaan orang yang menghasilkan foto itu.
7.
Memahami komposisi ibarat memahami pengaturan kursi dan lemari dalam kamar.
Bisa nyaman, bisa tidak. Bagaimana cara kita mengkomposisikan ruangan tersebut
sesuai dengan apa yang kita inginkan. Jadi apanila seumpama kita menginginkan
kamar tersebut terlihat nyaman, maka kita harus mengatur komposisi kamar
tersebut, seperti lemari, kursi , meja, fas bunga dll. Dan sebaliknya jika kita
menginginkan kamar tersebut tidak nyaman komposisi dalam kamar tersebut tidak
perlu dikondisikan yang baik atau nyaman. Kesimpulanya adalah komposisi dalam
penempatan suatu property sangat mempengaruhi suatu hasil yang di inginkan.
8.
komposisi foto baik bukanlah harga mati, baik si A mungkin buruk bagi si B.
tapi bagaimana pun ada komposisi yang baik secara umum. Pandangan setiap orang
berbeda – beda. Ada yang menilai baik namun bagi orang lain tidak baik.
Misalnya sebuah foto dalam pameran, foto yang rapi bisa kalah harga dengan foto
yang tidak rapi, hal tersebut terjadi karena mata seseorang berbeda apabila
sudah menilai suatu karya seni. Biasanya, dalam karya seni bukan komposisi rapi
yang di nilai, namun bagaimana karakter foto tersebut dilihat oleh mata seorang
seniman. Dengan secara umum, sebuah komposisi yang baik dapat di lihat dengan
duaa arah yaitu dengan mata seorang seniman dan foto yang d lihat dari sisi
kerapian.
9.
Angel atau sudut pemotretan ibarat cara melihat kita. Melihat balapn motor
tentu tidak nyaman kalau d lihat dari sudut rendah. Angel pemotretan tidak
harus dari depan obyek namun dapat dilakukan dari berbagai sisi. Maksutnya
adalah, apabila kita memotret dari depan obyek namun hasilnya tidak maksimal,
kita dapat melakukan pemotretan dari berbagai sisi sampai kita dapat
menghasilkan hasil yang maksimal. Seperti orang lain melihat kita juga dari
berbagai sudut, bisa dari sisi depan yaitu dari postur tubuh, dari belakang
yaitu bisa dari sifat – sifat kita. Dari beberapa cara itu lah kita dapat
mengerti karakter seseorang, seperti memehami karakter sebuah foto yang di
potret. Bisa juga kamera tersebut menjadi mata yang saat itu kita liahat iyach
saat itu kita poteret. Bagaiman caranaya kita bisa melihat dengan baik dan mendapatkan
komposisi yang bagus.
10.
Komposisi yang baik ibarat pengaturan yang baik. Nyamankah anda diruangan itu?
Nyamankah anda memandang fotonya? Bagaimana cara kita mengkomposisikan
ruangan tersebut sesuai dengan apa yang kita inginkan. Antara nyaman dan tidak
itu bisa tergantung dengan individu masing-masing. Karena bisa juga kompisisi
itu menandakan karakter kita.jika anda tidak nyama dengan komposisi
tersebut aturlah lagi sesuai dengan selera apa yang anda inginkan. Dan setelah
mengambil atau memotret objek tersebut kita lihat lagi bagaimana foto terlihat
baik atau malah sebaliknya tidak nyaman di pandang. Maka dari itu aturlah
sedemikian rupa dengan selera anda.
11.
Tingkatan pemahaman pada sebuah foto dari tingkat terendah adalah teknis,
angel, komposisi, moment, dan konten. Hal tersebut adalah sebuh pemahaman yang
harus dilakukan sebelum melakukan pemotretajn yang sempurna. Yaitu memahami
teknik memotret yagn bagus dan menarik sebagian sudah saya jelaskan di nomer
sebelumnya, lalu memahami engel yaitu mencari titik yang terbagusnya objek
tersebut di ambil itu termasuk cara dalam memotret, selanjutnya komposisi juga
harus diperhatikan untuk halnya memotret agar foto yang dihasilkan tidak
terdapat kebocoran dalam foto atau ruang kosong dalam foto, mement untuk
memotret foto yang sekiranya bergerak atau tidak mudah untuk mencari momen
untuk foto biasa, konten tersebut hal yang terahir dalm proses sebelum atau
menciptakan foto yang menarik.
12.
Kalau anda masih meributkan soal Otomatis atau manual melulu, anda masih di
tingkat terendah dalam fotografi karena dalam fotografi tidak meributkan dengan
hal itu melainkan hai tu sudah tidak lagi di ungkit atau sudah diluar kepala,
saat kalian sudah memehami apa itu fotorafi anda harus memikirkan apa yang
seharusnya bertndak selanjutnya. Sekitar mengenai konsep, angel, komposisi dan
hal yang tingi harus di perluas lagi, maksut kalimat tersebut mempelajari ilmu
yang melebihi itu. Jadi hal yang seharusnya kalian lakuakan setelah di tingkat
sedang dalam fotografi mencapai tingkat yang tertinggi dalam fotografi jangan
sebalikmya.
13.
Dari lima tingkatan fotografi, yang bisa Cuma soal teknik. Tak tercela pakai
OTOMATIS karena itu hanya bagian kecil dari proses total. Itu halnya seperti
pemakaiannya seberapa jika menggunakan otomatis jadi dari pada proses tersebut
sia-sia mending kita buat keseluruhannya menggunakan manual karena secara tidak
langsung kita dapat mepelajari teknik-teknik memotret yang sesungguhnya,
disamping itu kita dapat membiasakan memproses dengan cepat bila ada angel yang
menarik dan membutuhkan gerak cepat untuk mengambil gambarnya.
14.
Tak akan pernah ada kamera dengan komposisi Otomatis, Angel Otomatis, Moment
Otomatis, andalah yang harus berusaha. Maka dari itu kalian jangan pernah
menggantungkan option Otomatis dikarenakan itu bisa membuat jadi tidak paham
dengan apa yang kalian pelajari selama memakai kamera, usahakan memakai option
Manual itu juga bisa membuat kita mengkombinasikan antara rana, diafrahma, dan
ISO. Jika kalian sering menggunakan Otomatis maka kalian tidak akan pernah tau
teknik memotret yang benar itu bagaimana, masak ada juga angel otomatis pasti
tidak ada, laha itu pandainya kalian mengambil angel yang bagus, apalagi momen
yang otomatis tidak pernah ada jika momen tersebut direkayasa karena dalam
hasil foto tersebut telah bercerita dengan tidak sebenarya.
15.
Pakai manual atau otomatis Cuma beda langkah. Mengukurnya pakai kamera itu juga
kan? Manual : ukuran, ubah, bidik, Oto : bidik maksut dalam kalimat yang saya
tulis tersebut adalah dua macam penggunaan yang berbeda tetapi dalam 1benda
yang sama, hanya berbeda sedikit antara otomaits dengan manual tetapi maknanya
lebih dalam manual daripada otomatis didalam proses memotret tersebut kena
banget manfaatnya sedangkan otomatis tidak terkena manfaatnya. Maka dari itu
kalian jangan pernah menggantungkan option Otomatis dikarenakan itu bisa
membuat jadi tidak paham dengan apa yang kalian pelajari selama memakai kamera,
usahakan memakai option Manual itu juga bisa membuat kita mengkombinasikan
antara rana, diafrahma, dan ISO.
16.
Orang cantik dan yang tidak cantik, Cuma beda komposisi mata hdung dan bibr.
Beda tipis, tapi bias beda efek! Begitu pula foto. Memotret tersebut bisa
terdapat aplikasi mirip dengan untuk mengedit cuma dijadikan satu dengan kamera
tersebut, ada permainan warna yang tidak kalah dengan aplikasi, disi kita bisa
bermain warna untuk mengambil foto misalnya dengan foto landscape itu bisa di
atur warna ketajaman untuk yang pas di ojek maupun keseluruhannya, dengan
demikian kita tidak berkerja dua kali untuk menambah warna atau kekontrasan
warna dalam foto, tetapi juga tidak secanggih aplikasi dalm computer, ya maklum
prosesonya kamera lebih kecil daripada computer jadi tidak bisa terlalu
secanggih camera, ya bisa disebut mempunyai fungsi masing-masing.
17.
Komposisi sangat mempengaruhi bagus tidaknya foto. Analogi : komposisi mata,
hidung, bibir kalau diubah, wajah juga berubah kan. Nah ini menerangkan soal
angel yang di tentukan jika wajah seseorang yang cantik dari sannya tetapi bila
bentuk hidungnya, bentuk mulunya, matanya diubah maka foto itu akan berubah
drastic dengan sebelumnya di ubah. Dan itu terjadi di angel bila saat kita
ingin motret model dan model tersebut susah diatur maka bagaimana kita bisa
mencari angel-angel yang terbaik dari sisi yang belum dicoba. Bisa juga karena
komposisi, jadi komposisi yang ingin kita mempercantik modelnya kita atur
bagaimana caranya untuk berposi yang menarik dan bagus untuk dipotret. Biasanya
fotografer yang sudah mempunyai ilmu cukup dia akan megatur model tersebut
sesua keinginan fotografer tersebut dan maka terjadi foto yang badus dan
menarik tidak malah menjadi jelek.
Standar
Video
Di dunia broadcast dikenal berbagai standar video, yaitu: SECAM, PAL, dan NTSC. Masing-masing standar mempunyai frame rate tersendiri dan digunakan di wilayah tertentu. Berbagai standar video yang diterapkan di wilayah tertentu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Semakin besar frame rate, semakin halus gerakan yang ditampilkan. Tapi, kalau dikaitkan dengan data digital yang diproses, semakin besar pula ukuran file yang dihasilkan.Standar Wilayah Frame Rate PAL : Indonesia, China, Australia, dan Uni Eropa : 25 fps SECAM : Perancis, Timur Tengah, dan Afrika. : 25 fps NTSC : Amerika, Jepang, Kanada, Meksiko, dan Korea. 29,97 fps Video Digital Film direkam dalam pita seluloid yang menyimpan data gambar dan data audio secara terpisah. Wujudnya hampir sama dengan film positif (slide) yang digunakan pada fotografi, tapi ada lajur rekam audionya. Film ini harus diproses (dicuci) dahulu sebelum dapat digunakan. Format yang biasanya dipakai adalah pita ukuran 8 mm. Di sisi lain, gambar video direkam dalam pita magnetik. Informasi gambar dan suara direkam dalam bentuk sinyal magnetik, tidak memerlukan pemrosesan film. Sama dengan video analog, gambar dan suara video digital direkam dalam pita magnetik, tetapi menggunakan sinyal digital berupa rangkaian kombinasi angka 0 dan 1. Untuk memahami pengertian sinyal digital dan analog, kita ambil saja pengandaian lampu. Sinyal analog scumpama lampu yang memiliki kemampuan dim (pengatur tingkat terang-redup pancaran cahaya). Sinyal digital dapat diumpamakan sebagai lampu yang hanya memiliki tombol hidup atau mati. Sehingga banyak orang merasa rekaman analog lebih “kaya nada dan nuansa” dibandingkan dengan rekaman digital. Namun demikian, perlu diingat bahwa pemutaran rekaman analog dilakukan dengan sistem gesek media rekam dengan head pemutar. Lama-kelamaan, media rekam pasti akan mengalami keausan. Konsekuensinya, noise akan semakin banyak, juga kekuatan sinyal akan semakin tidak konsisten. Kita juga harus mengetahui bahwa komputer adalah sarana edit utama untuk digital video editing. Saat proses pemindahan rekaman dari kaset video ke harddisk (proses capturing), tentu data digital akan lebih sedikit mengalami penurunan kualitas atau hilangnya data karena sinyalnya relatif lebih stabil. Format Data Video Digital Video analog mengenal beberapa format, antara lain: VHS, S-VHS, Beta, Hi-8. Sementara itu, video digital memiliki banyak sekali format, di antaranya Digital 8, AVI, MOV, MPEG1 (VCD), MPEG2 (DVD) DV, MPEG4, dan lainnya. Perbedaan antara format yang satu dengan lainnya adalah ukuran rekaman gambar yang diberi istilah resolusi dan aliran data per detiknya yang disebut data rate. Perbandingan kompresi video digital dan kesetaraannya dengan format analog dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Kompresi MPEG1 dan MPEG2 Kompresi Format Analog yang Setara Resolusi (Pixel) Bit RateMPEG1 (VCD) VHS 353×288 1,15 MBpsMPEG2 (DVD) S-VHS 720×576 9,80 MBps
Metode Kompresi Data video yang masih original memang sangat besar. Satu video berdurasi satu jam saja dapat menghabiskan space harddisk kita. Karena video avi merupakan gambar dan suara yang masih asli, dan memang kualitasnya masih bagus, belum berubah dari aslinya. Tetapi bagaimana kita bisa memainkannya pada VCD atau pada kompuer tanpa menghabiskan sisa hardisk kita.Tentu ada satu metode yang memungkinkan file video kita dapat dimainkan komputer rumahan. Metode ini adalah sistem kompresi. Salah satu yang terkenal adalah MPEG. Sistem ini memang pintar, mampu mengenali informasi yang sama antar-frame, lalu menghilangkannya. Hanya ada satu informasi saja yang digunakan sebagai acuan bagi frame-frame yang menggunakan informasi sama. Dengan cara itu, ukuran data jadi benar-benar berkurang dalam jumlah yang sangat berarti. Metode kompresi video dan audio sering kita dengar dengan julukan Codec (CompressorDecompressor).File MPEG1 Memiliki resolusi 352 X 288 piksel dengan bit rate 1,15 Mega Byte tiap detik. File MPEG1 ini di lapangan sering kita lihat dalam bentuk VCD yang kualitasnya kalau di video analog dapat disetarakan dengan format VHS.File MPEG2 Memiliki resolusi yang lebih besar, yaitu 720 X 576 piksel dan bit rate 9,8 Mega Byte tiap detiknya. Maka, logis jika data video format MPEG2 yang di lapangan kita kenal dengan DVD memiliki kualitas yang cukup jauh di atas VCD.File MPEG4 nDigunakan untuk multimedia, terutama video streaming. Ukuran dan kualitasnya kecil supaya dapat cepat ditonton langsung dari Internet. Jadi tidak perlu download dulu File MOV Merupakan format yang dapat dimainkan dengan QuickTime Player. QuickTime Player awalnya ditujukan untuk sistem operasi Apple Macintosh, tapi sekarang sudah ditulis versi untuk berbagai sistem operasi, antara lain Windows dan tidak terkecuali UNIX maupun Linux.
Di dunia broadcast dikenal berbagai standar video, yaitu: SECAM, PAL, dan NTSC. Masing-masing standar mempunyai frame rate tersendiri dan digunakan di wilayah tertentu. Berbagai standar video yang diterapkan di wilayah tertentu dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Semakin besar frame rate, semakin halus gerakan yang ditampilkan. Tapi, kalau dikaitkan dengan data digital yang diproses, semakin besar pula ukuran file yang dihasilkan.Standar Wilayah Frame Rate PAL : Indonesia, China, Australia, dan Uni Eropa : 25 fps SECAM : Perancis, Timur Tengah, dan Afrika. : 25 fps NTSC : Amerika, Jepang, Kanada, Meksiko, dan Korea. 29,97 fps Video Digital Film direkam dalam pita seluloid yang menyimpan data gambar dan data audio secara terpisah. Wujudnya hampir sama dengan film positif (slide) yang digunakan pada fotografi, tapi ada lajur rekam audionya. Film ini harus diproses (dicuci) dahulu sebelum dapat digunakan. Format yang biasanya dipakai adalah pita ukuran 8 mm. Di sisi lain, gambar video direkam dalam pita magnetik. Informasi gambar dan suara direkam dalam bentuk sinyal magnetik, tidak memerlukan pemrosesan film. Sama dengan video analog, gambar dan suara video digital direkam dalam pita magnetik, tetapi menggunakan sinyal digital berupa rangkaian kombinasi angka 0 dan 1. Untuk memahami pengertian sinyal digital dan analog, kita ambil saja pengandaian lampu. Sinyal analog scumpama lampu yang memiliki kemampuan dim (pengatur tingkat terang-redup pancaran cahaya). Sinyal digital dapat diumpamakan sebagai lampu yang hanya memiliki tombol hidup atau mati. Sehingga banyak orang merasa rekaman analog lebih “kaya nada dan nuansa” dibandingkan dengan rekaman digital. Namun demikian, perlu diingat bahwa pemutaran rekaman analog dilakukan dengan sistem gesek media rekam dengan head pemutar. Lama-kelamaan, media rekam pasti akan mengalami keausan. Konsekuensinya, noise akan semakin banyak, juga kekuatan sinyal akan semakin tidak konsisten. Kita juga harus mengetahui bahwa komputer adalah sarana edit utama untuk digital video editing. Saat proses pemindahan rekaman dari kaset video ke harddisk (proses capturing), tentu data digital akan lebih sedikit mengalami penurunan kualitas atau hilangnya data karena sinyalnya relatif lebih stabil. Format Data Video Digital Video analog mengenal beberapa format, antara lain: VHS, S-VHS, Beta, Hi-8. Sementara itu, video digital memiliki banyak sekali format, di antaranya Digital 8, AVI, MOV, MPEG1 (VCD), MPEG2 (DVD) DV, MPEG4, dan lainnya. Perbedaan antara format yang satu dengan lainnya adalah ukuran rekaman gambar yang diberi istilah resolusi dan aliran data per detiknya yang disebut data rate. Perbandingan kompresi video digital dan kesetaraannya dengan format analog dapat dilihat pada tabel di bawah ini.Kompresi MPEG1 dan MPEG2 Kompresi Format Analog yang Setara Resolusi (Pixel) Bit RateMPEG1 (VCD) VHS 353×288 1,15 MBpsMPEG2 (DVD) S-VHS 720×576 9,80 MBps
Metode Kompresi Data video yang masih original memang sangat besar. Satu video berdurasi satu jam saja dapat menghabiskan space harddisk kita. Karena video avi merupakan gambar dan suara yang masih asli, dan memang kualitasnya masih bagus, belum berubah dari aslinya. Tetapi bagaimana kita bisa memainkannya pada VCD atau pada kompuer tanpa menghabiskan sisa hardisk kita.Tentu ada satu metode yang memungkinkan file video kita dapat dimainkan komputer rumahan. Metode ini adalah sistem kompresi. Salah satu yang terkenal adalah MPEG. Sistem ini memang pintar, mampu mengenali informasi yang sama antar-frame, lalu menghilangkannya. Hanya ada satu informasi saja yang digunakan sebagai acuan bagi frame-frame yang menggunakan informasi sama. Dengan cara itu, ukuran data jadi benar-benar berkurang dalam jumlah yang sangat berarti. Metode kompresi video dan audio sering kita dengar dengan julukan Codec (CompressorDecompressor).File MPEG1 Memiliki resolusi 352 X 288 piksel dengan bit rate 1,15 Mega Byte tiap detik. File MPEG1 ini di lapangan sering kita lihat dalam bentuk VCD yang kualitasnya kalau di video analog dapat disetarakan dengan format VHS.File MPEG2 Memiliki resolusi yang lebih besar, yaitu 720 X 576 piksel dan bit rate 9,8 Mega Byte tiap detiknya. Maka, logis jika data video format MPEG2 yang di lapangan kita kenal dengan DVD memiliki kualitas yang cukup jauh di atas VCD.File MPEG4 nDigunakan untuk multimedia, terutama video streaming. Ukuran dan kualitasnya kecil supaya dapat cepat ditonton langsung dari Internet. Jadi tidak perlu download dulu File MOV Merupakan format yang dapat dimainkan dengan QuickTime Player. QuickTime Player awalnya ditujukan untuk sistem operasi Apple Macintosh, tapi sekarang sudah ditulis versi untuk berbagai sistem operasi, antara lain Windows dan tidak terkecuali UNIX maupun Linux.
Definisi
Kamera Video
Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk salah satu produk teknologi digital, sehingga disebut pula salah satu perangkat digitizer yang memiliki kemampuan mengambil input data analog berupa frekuensi sinar dan mengubah ke mode digital elektronis.
Video/Film adalah rangkaian banyak Frame gambar yang diputar dengan cepat. Masing-masing Framemerupakan rekaman dari tahapan-tahapan dari suatu gerakan. Semakin cepat perputarannya semakin halus gerakannya, walaupun sebenarnya terdapat jeda antara frame namun kita sebagai manusia tidak bisa menangkap jeda tersebut.
Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk salah satu produk teknologi digital, sehingga disebut pula salah satu perangkat digitizer yang memiliki kemampuan mengambil input data analog berupa frekuensi sinar dan mengubah ke mode digital elektronis.
Video/Film adalah rangkaian banyak Frame gambar yang diputar dengan cepat. Masing-masing Framemerupakan rekaman dari tahapan-tahapan dari suatu gerakan. Semakin cepat perputarannya semakin halus gerakannya, walaupun sebenarnya terdapat jeda antara frame namun kita sebagai manusia tidak bisa menangkap jeda tersebut.
Standard
broadcast video
Standard
|
Ragion
|
Frame per second
(FPS)
|
Secam
|
Prancis, Timur
tengan dan Afrika
|
25 fps
|
PAL
|
Indonesia, China,
Australia, Uni Eropa
|
25 fps
|
NTSC
|
Amerika,Jepang,
Kanada, Mexico, dan Korea
|
29,97 fps
|
Video
Analog adalah
Gambar dan Audio direkam dalam bentuk sinyal Magnetik pada pita magnetik.
Video
Digital adalah
juga serupa dengan Video analog, gambar dan sura digital direkam dalam pita
magnetic, tetapi menggunakan sinyal digital berupa kombinasi angka 0 dan 1.
Teknik Penyuntingan Video
Teknik
Linear dilakukan
dengan memotong-motong bahan video yang diberi istilah klip dan disusun dengan
menggunakan video player dan perekam (VCR-Video Cassete
Recorder), bisa juga menggunakan dua player bila kita ingin memasukan effect,
sehingga bisa diatur sesuai dengan potongan yang ada.
Teknik
Non-Linear,
serupa dengan linear kita memotong-motong klip dalam editing, tetapi jauh lebih
mudahkarena tinggal drag and drop tanpa kerja dari nol, begitu
juga untuk memasukan effect, kita tinggal drag and drop dengan
effect yang sudah tersedia. Bahkan kita dapat mengatur dengan mudah durasi dari
effect yang kita pakai.
Format dalam kamera video dibagi atas 2 bagian :
Format dalam kamera video dibagi atas 2 bagian :
1.
Analog format yang terdiri dari standar
VHS,VHS-C, Super VHS, Super VHS-C, 8mm, Hi-8
2.
Digital format yang terdiri dari
MiniDV,Digital8, DVD
Komputer
yang dianjurkan untuk editing video terdiri dari :
1.
PC sekelas P4 atau AMD Athlon, sebaiknya
menggunakan teknologi Hyper Trading.
2.
Capture Video Card dan Port, Contoh : Pinacle,
Port Fire Wire IEEE 1394, USB2, digunakan untuk proses transfer dari camcoder
ke PC.
3.
Kabel Firewire atau USB
4.
Harddisk, untuk pengolahan Video Intensif lebih
baik menggunakan SCSI Harddisk, sedangkan untuk yang standar gunakan saja HDD
serial ATA, Putaran HDD minimal 7200 rpm.
5.
Sound Card
6.
VGA card
7.
CD-ROM dan CD-RW/DVD-RW
Performa
video kamera (camcorder) dilihat dari :
1.
Analisa gambar bergerak = kualitas gambar
bergerak yang telah direkam
2.
Titik lemah resolusi = menetukan nilai yang
horizontal dan vertikal, dan hanya sedikit menguji warna warni
3.
White balance = untuk daylight dan sinar lampu
dengan menggunakan testchart yang telah distandarisasi dan selanjutnya
melakukan penilaian true color
4.
Menghitung noise = perbandingan antara signal
dan noise power dituliskan dalam decibel (dB), semangkin tinggi nilai dBnya
berarti semangkin tinggi noise distance dan semakin baik pula gambar videonya
5.
Cahaya sensitif = Berapa lama waktu yang
dibutuhkan camcoder untuk menyesuaikan ulang kecerahan, semakin lama ulang waktu
penyesuaian semakin buruk pula setting diafragma otomatisnya
6.
Kompresi kontra kerugian = Perbedaan antara
rekaman dengan aslinya
7.
Kualitas gambar dalam uji ketahanan
News / – Istilah-Istilah Dalam
Pengambilan Gambar
Ada
beberapa istilah-istilah dalam pengambilan gambar yaitu :
a. Digitizer adalah
perangkat yang berfungsi sebagai alat gambar yang hasilnya dapat langsung di
tampilkan di monitor.
b. LCD; Liquit
Cristal Display.
c. View Finder adalah
lobang pengintai obyek yang akan di rekam.
d. Mikrophone/
mike adalah alat untuk input suara/ audio.
e. Angle adalah
sudut penempatan kamera pada saat mengambil gambar.
f. Framing adalah
penentuan luas bidang pandangan untuk suatu obyek dengan latar belakang.
g. Pan adalah
gerakan kamera secara horizontal ( ke samping )
h. Tilt adalah
gerakan kamera secara vertikal ( ke atas )
i. Dolly adalah
gerakan triport mendekati/ menjahui obyek.
j. Pedestal adalah
alat yang digunakan untuk menempatkan kamera, sehingga kamera bisa bergerak
naik dan turun.
Sudut
pengambilan gambar atau kamera angle beberapa posisi yaitu :
1.
Normal Angle merupakan
posisi kamera yang di tempatkan kira-kira setinggi mata subjek.
2.
Hight Camera
Angle merupakan posisi kamera yang ditempatkan
lebih tinggi diatas mata, sehingga kamera harus menunduk untuk mengambil
subyeknya.
3.
Low Camera
Angle merupakan posisi
kamera yang ditempatkan di bawah ketinggian mata, sehingga kamera harus
mendongak untuk merekam gambar subyek.
4.
Bird Eye View merupakan
posisi kamera yang cara pengambilan gambarnya/ subyek dari atas.
5.
Subjective
Camera Angle merupakan posisi kamera yang diletakkan
di tempat seseoang karakter ( tokoh ) yang tidak nampak dalam layer dan
mempertunjukkan suatu pandangan dari sudut pandang karakter tersebut.
6.
Objective
Camera Angle adalah posisi kamera merekam peristiwa
atau adegan seperti apa adanya ( tanpa sekenario/di buat-buat ).
Dasar Videografi
DIPOSKAN
OLEH DHENIA JUMAT, 30 MARET 2012
Bayangkan
jika kita meanalogikan kamera sebagai pencerita, hal yang langsung menyentuh,
menghubungkan antara dunia film dan penonton, pasti kita tidak ingin sang
pencerita tampil dengan keseadaan. Sang pencerita haruslah menarik, tidak
membosankan, tidak statis dan tidak kaku. Itulah alasan mengapa Videografi,
ilmu yang mempelajari tata cara pengambilan gambar dibutuhkan. Video yang
menarik, haruslah memenuhi beberapa syarat. Syarat – syarat itu di rangkum
dalam Videografi. Tidak jauh berbeda dengan Photografi. Pemahaman penggunaan
kamera, dan teknik pengambilan gambar saling terikat dengan teknik Photografi,
namun hal yang membedakan keduannya adalah, Videografi merupakan teknik
pengambilan Gambar yang bergerak, lebih dari satu single gambar, Maka dari itu ada
beberapa hal yang ditambahkan dalam Videografi, seperti teknik menggerakan
kamera untuk menciptakan rasa tertentu, tidak hanya Framing dan angle. Berikut
adalah hal – hal yang harus dipahami dalam dunia Videografi.
A.
Sudut Pandang (Angle)
Tidaklah
berbeda dengan Photografi, namun ada 2 hal yang harus ditambahkan dalam
Videografi yaitu Subjective Camera Angle dan Objective Camera Angle. Pada
Subjective Camera Angle Kamera diletakkan di tempat seorang karakter (tokoh)
yang tidak Nampak dalam layar dan mempertunjukkan pada penonton suatu pandangan
dari sudut pandang karakter tersebut. Sedangkan Objective Camera Angle Kamera
merekam peristiwa atau adegan seperti apa adanya.
B.
Bidang Pandang / Framing
Sama
halnya dengan Framing pada Photografi, Semua bidang pandang pada Videografi
bertolak dari bidang pandang Photografi, mulai dari ELS (Extreme Long Shot)
hingga ECU (Extreme Close Up).
C.
Hukum Sepertiga (The Rule of Third)
Begitupun
pada hal ini, prinsip Photografi masih digunakan dalam Videografi.
D.
Pergerakan Kamera
Suatu
hal yang membedakan Photografi dengan Videografi, Videografi menghasilkan
gambar yang bergerak, maka dari itu, pergerakan kamera haruslah tersusun rapih,
guna menghasilkan Video yang menarik. Berikut adalah istilah – istilah
pergerakan dalam Kamera :
Pan,
Panning
Pan
adalah gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri
ke kanan atau sebaliknya. Pan right (kamera bergerak memutar ke kanan)dan Pan
left (kamera bergerak memutar ke kiri) Gerakan pan biasanya dilakukan
untuk mengikuti subyek ( orang yang sedang berjalan), mempertunjukkan suatu
pandangan yang lebih luas secara menyeluruh. Jangan melakukan panning tanpa
maksud tertentu. Seblum melakukan panning hendaknya terlebih dahulu menentukan
titik awal dan titik akhir dari shot (adegan) yang akan direkam. Apabila kita
merekam adegan gerak seseorang yang sedang berjalan, berilah ruang kosong yang
lebih longgar di depannya. Ruang kosong ini dinamakan leading space.
Tilt,
Tilting
Tilting
adalah gerakkan kamera secara vertical,mendongak dari bawah keatas
atau sebaliknya. Tilt up : mendongak ke atas dan Tilt
down : menunduk ke bawah Gerakan tilt dilakukan untuk mengikuti
gerakan obyek, untuk menciptakan efek dramatis, mempertajam situasi. Gerakan
tilt ini sebaiknya ditentukan terlebih dahulu titik awal dan titik akhir shot.
Dolly,
Track
Dolly
atau track adalah gerakan di atas tripot atau dolly mendekati
atau menjauhi subyek. Dolly in : mendekati subyek dan Dolly
out: menjauhi subyek.
Pedestal
Pedestal
adalah gerakan kamera di atas pedestal yang bisa dinaik
turunkan. Sekarang ini banyak digunakan Porta-Jip Traveller. Pedestal
up : kamera dinaikkan dan Pedestal down : kamera diturunkan.
Degan menggunakan teknik pedestal up/down kita bisa menghasilkan perubahan
perspektif visual dari adegan.
Crab
Gerakan
kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan
subyek yang sedang berjalan. Crab left (bergerak ke kiri) dan Crab
right ( bergerak ke kanan).
Crane
Crane
adalah gerakkan kamera di atas katrol naik turun.
Arc
Arc
adalah gerakkan kamera memutar mengitari obyek dari kiri ke
kanan atau sebaliknya.
Zoom
Zooming
adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi obyek secara optic,
dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut pandang sempit ke sudut pandang
lebar atau sebaliknya. Zoom in : mendekatkan obyek dari long shot ke
close up dan Zoom out : menjauhkan obyek dari close up ke long
shot.
E.
Hal yang harus dihindari
Berikut
adalah hal – hal yang kalian harus hindari dalam merekam gambar, dan beberapa
kesalahan pada videografer pemula, materi ini diambil darihttp://videografi.wordpress.com
·
Merekam Gempa Bumi dan Pentas Dangdut
Gempa
bumi tidak setiap saat terjadi. Namun, setiap peristiwa atau adegan yang
direkam seolah-olah selalu berlangsung pada saat terjadi gempa bumi. Atau
seolah terjadi di seputar pentas dangdut. Semua serba goyang, termasuk
videografernya. Gambar-gambar yang selalu bergoyang, tidak stabil, terkadang
tidak fokus dan cenderung acak-acakan. Ini adalah bentuk kesalahan mendasar dan
kebiasaan merekam tanpa rencana, sehingga merekam apa saja yang ada di depan
kamera, namun tidak jelas apa yang menjadi subyeknya. Bahkan mungkin si
videografer sendiri tidak tahu apa yang direkamnya.
·
Merekam Sambil Jogging
Kebiasaan
merekam video sambil berjalan, jika tidak dilakukan dengan cara yang benar dan
sesuai dengan kebutuhan, umumnya akan menghasilkan rekaman video yang tidak
nyaman untuk dinikmati. Subyek seolah memantul naik turun, disertai goyangan
tak beraturan. Merekam gambar dengan pergerakan seperti ini sebetulnya sangat
menarik dan memberikan efek dramatis. Syaratnya, stabilitas pergerakan
horizontal harus lebih diutamakan sambil sebisa mungkin meminimalisir
pergerakan vertikal.
·
Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam
Video dan Menembak
Meski
sama-sama dilakukan dengan cara membidik, merekam video berbeda dengan
menembak. Menempatkan subyek tepat di tengah-tengah bingkai gambar (frame) akan
sangat bagus dan tepat sasaran pada saat Anda menembak dengan senapan. Tetapi
dalam hal videografi, ini adalah cara pengambilan gambar yang tidak diajurkan,
karena hasilnya akan cenderung membosankan. Ini adalah salah satu kesalahan
mendasar dalam hal pembingkaian (framing) dan komposisi.
·
Mengikat Diri di Tiang Bendera
Kebiasaan
merekam video dengan berdiri terpaku di satu titik, tanpa berpindah posisi,
seolah merekam di tengah upacara, dalam kondisi terikat di tiang bendera. Ini
akan menciptakan gambar-gambar yang statis dan monoton, karena tidak menawarkan
variasi sudut pandang atau komposisi lain yang mungkin jauh lebih menarik. Juga
kebiasaan hanya merekam sebatas level pandangan mata (standing eye level),
meski sebetulnya akan lebih menarik jika suatu subyek diambil dari sudut
alternatif (high angle atau low angle). Bukan sebuah kesalahan fatal, namun
sekali lagi cenderung membosankan. Ini adalah contoh kebiasaan salah yang
berkaitan dengan sudut pengambilan gambar (angle).
·
Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam
Video dan Menyetrika
Zoom adalah fasilitas dasar yang sangat membantu dan memudahkan dalam pengoperasian kamera video. Dengan zooming, kita bisa mendekati subyek (tele) atau menjauhi obyek (wide) tanpa harus berpindah tempat. Namun penggunaan fungsi zoom yang berlebihan dan dengan cara yang tidak semestinya, akan menghasilkan rekaman video yang tidak nyaman ditonton. Subyek tiba-tiba mendekat, lalu menjauh, lalu mendekat lagi. Maju, mundur, maju lagi, mundur lagi, persis seperti setrika. Ini adalah contoh kesalahan penggunaan fasilitas kamera.
Zoom adalah fasilitas dasar yang sangat membantu dan memudahkan dalam pengoperasian kamera video. Dengan zooming, kita bisa mendekati subyek (tele) atau menjauhi obyek (wide) tanpa harus berpindah tempat. Namun penggunaan fungsi zoom yang berlebihan dan dengan cara yang tidak semestinya, akan menghasilkan rekaman video yang tidak nyaman ditonton. Subyek tiba-tiba mendekat, lalu menjauh, lalu mendekat lagi. Maju, mundur, maju lagi, mundur lagi, persis seperti setrika. Ini adalah contoh kesalahan penggunaan fasilitas kamera.
·
Merekam Video di Zebra Cross
Bayangkan
seseorang yang akan menyeberang jalan di zebra cross. Tengok kanan, tengok
kiri. Merasa belum yakin, tengok kanan lagi, tengok kiri lagi. Bahkan setelah
berjalan di zebra cross pun orang masih melakukannya untuk memastikan apakah
jalan benar-benar aman. Tengok kanan kiri adalah kebiasaan bagus jika seseorang
akan menyeberang jalan raya. Tapi merekam video dengan cara serupa, tidak akan
menghasilkan rekaman yang menarik untuk ditonton. Terlalu banyak panning dalam
satu shot ( satu ambilan gambar dalam satu rekaman), baik ke kiri ke kanan atau
ke atas ke bawah (tilt) adalah contoh kebiasaan buruk dalam merekam gambar.
Terlebih jika digabungkan dengan zoom in dan / atau zoom out. Sebuah contoh
kesalahan dalam pergerakan kamera (camera movement).
·
Tidak Bisa Membedakan Antara Merekam
Video dengan Memotret
Berbeda dengan kamera foto yang merekam sebuah momen, kamera video merekam sebuah proses dinamis atau aksi (action), sehingga menghasilkan gambar bergerak (dan bersuara). Kebiasaan mengabadikan sebuah momen pada saat memotret, acapkali terbawa pada saat mempergunakan kamera video. Hasilnya adalah hasil rekaman video dengan durasi yang terlalu pendek dalam setiap shot (satu ambilan gambar dalam satu rekaman). Shot yang terlalu pendek tidak nyaman untuk dinikmati, karena tidak memberikan waktu yang cukup bagi penonton untuk memahami detil subyek yang ditampilkan. Shot yang terlalu pendek juga akan menimbulkan kesulitan dalam proses pasca produksi (editing).
Berbeda dengan kamera foto yang merekam sebuah momen, kamera video merekam sebuah proses dinamis atau aksi (action), sehingga menghasilkan gambar bergerak (dan bersuara). Kebiasaan mengabadikan sebuah momen pada saat memotret, acapkali terbawa pada saat mempergunakan kamera video. Hasilnya adalah hasil rekaman video dengan durasi yang terlalu pendek dalam setiap shot (satu ambilan gambar dalam satu rekaman). Shot yang terlalu pendek tidak nyaman untuk dinikmati, karena tidak memberikan waktu yang cukup bagi penonton untuk memahami detil subyek yang ditampilkan. Shot yang terlalu pendek juga akan menimbulkan kesulitan dalam proses pasca produksi (editing).
·
Merekam Tokoh Misterius
Menempatkan
subyek penting (umumnya manusia) pada bagian depan dengan latar belakang yang
lebih kuat pencahayaannya. Kebiasaan atau ketidaksadaran dengan situasi
backlight seperti ini (dan tidak segera melakukan antisipasi), akan menciptakan
siluet dan sosok-sosok misterius. Rekaman video yang terlalu sering atau
terlalu lama dalam kondisi backlight, sudah pasti tidak akan nyaman ditonton
dan kehilangan kesan profesional. Sebuah contoh kesalahan umum dalam hal
pencahayaan (lighting).
19 06
2009
Dalam
dunia photography, kuda-kuda merupakan salah satu faktor penting pada saat
pengambilan gambar. Kuda-kuda yang kurang pas dapat mengakibatkan hasil gambar
yang kurang memuaskan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan perangkat kamera. Sebelum
melakukan shooting ada baiknya jika seorang juru kamera persiapan-persiapan
sebagai berikut:
*
Penguasaan terhadap perangkat kamera yang akan digunakan. Sebaiknya mengikuti
aturan penggunaan yang tertulis pada manual book. Pahami kelebihan dan
kekurangannya.
* Setelah paham dengan seluk beluk kamera, pahami juga adegan apa dan teknik yang bagaimana yang diinginkan.
* Membuat breakdown peralatan yang akan digunakan seperti baterai, mikrofon, kabel extension, dll.
* Pastikan baterai dalam kondisi prima dan penuh, dan semua fasilitas di kamera berjalan dengan baik.
* Setelah paham dengan seluk beluk kamera, pahami juga adegan apa dan teknik yang bagaimana yang diinginkan.
* Membuat breakdown peralatan yang akan digunakan seperti baterai, mikrofon, kabel extension, dll.
* Pastikan baterai dalam kondisi prima dan penuh, dan semua fasilitas di kamera berjalan dengan baik.
Dalam
kegiatan produksi video/ film, terdapat banyak jenis kamera yang digunakan.
Pembagian jenis kamera video/ film dibedakan atas media yang digunakan untuk
menyimpan data (gambar & suara) yang telah diambil.
Seperti
halnya pada fotografi, gambar yang telah diambil disimpan pada gulungan film.
Namun pada kamera jenis ini, disamping gulungan film juga terdapat pita
magnetik untuk menyimpan data suara. Dalam 1 detik pengambilan gambar,
dibutuhkan sekitar 30 frame film. Adapun jenis film yang digunakan adalah film
positif (slide), dimana untuk melihat isinya harus dicuci terlebih dulu di
laboratorium film dan diproyeksikan dengan menggunakan proyektor khusus.
Kamera
jenis ini menyimpan data gambar dan suara pada pita magnetik. Secara umum
terdapat 2 jenis kamera :
Analog
(AV)
Data
yang disimpan sebagai pancaran berbagai kuat sinyal (gelombang) pada pita
kamera perekam. Macam kamera jenis ini antara lain VHS, S – VHS, 8mm, dan Hi –
8.
Digital
(DV)
Kamera
perekam video digital menyimpan data dalam format kode biner bit per bit yang
terdiri atas rangkaian 1 (on) dan 0 (off). Jenis kamera ini antara lain mini
DV, dan Digital 8.
Secara
umum bagian-bagian kamera video terdiri atas :
1.
Baterai untuk catu daya
2.
Tempat kaset
3.
Tombol Zoom
4.
Tombol Recorder
5.
Port Output video / audio (bisa berupa analog ataupun digital)
6. Cincin
Fokus
7.
Jendela preview (View Fender)
8.
Mikrofon
9.
Tombol kontrol cahaya
10.
Tombol Player (untuk memainkan kembali video).
11.
Terminal DC Input.
Selain
itu juga banyak terdapat fasilitas–fasilitas tambahan yang berbeda antara
kamera satu dengan kamera lainnya. Fasilitas itu antara lain lampu infra merah
untuk pengambilan gambar pada tempat yang gelap, edit teks langsung dari
kamera, efek-efek video lain, slow motion dan masih banyak lagi.
Pengambilan
gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara:
·
Bird Eye View
Teknik
pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera berada di atas
ketinggian objek. Hasilnya akan terlihat lingkungan yang luas dan benda-benda
lain tampak kecil dan berserakan.
·
High Angle
Sudut
pengambilan dari atas objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat kecil.
Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai “kerdil”.
· Low
Angle
Sudut
pengambilan dari arah bawah objek sehingga mengesankan objek jadi terlihat
besar. Teknik ini memiliki kesan dramatis yaitu nilai agung/ prominance,
berwibawa, kuat, dominan.
· Eye
Level
Sudut
pengambilan gambar sejajar dengan objek. Hasilnya memperlihatkan tangkapan
pandangan mata seseorang. Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis melainkan
kesan wajar.
·
Frog Eye
Sudut
pengambilan gambar dengan ketinggian kamera sejajar dengan alas/dasar kedudukan
objek atau lebih rendah. Hasilnya akan tampak seolah-olah mata penonton
mewakili mata katak.
Ukuran
gambar biasanya dikaitkan dengan tujuan pengambilan gambar, tingkat emosi, situasi
dan kodisi objek. Terdapat bermacam-macam istilah antara lain:
· Extreme Close Up (ECU/XCU) : pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.
· Extreme Close Up (ECU/XCU) : pengambilan gambar yang terlihat sangat detail seperti hidung pemain atau bibir atau ujung tumit dari sepatu.
· Big
Close Up (BCU) : pengambilan
gambar dari sebatas kepala hingga dagu.
·
Close Up (CU) : gambar
diambil dari jarak dekat, hanya sebagian dari objek yang terlihat seperti hanya
mukanya saja atau sepasang kaki yang bersepatu baru
· Medium Close Up (MCU) : hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas.
· Medium Shot (MS) : pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas).
· Knee Shot (KS) : pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut.
· Full Shot (FS) : pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki.
· Long Shot (LS) : pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.
· Medium Long Shot (MLS) : gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.
· Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.
· Medium Close Up (MCU) : hampir sama dengan MS, jika objeknya orang dan diambil dari dada keatas.
· Medium Shot (MS) : pengambilan dari jarak sedang, jika objeknya orang maka yang terlihat hanya separuh badannya saja (dari perut/pinggang keatas).
· Knee Shot (KS) : pengambilan gambar objek dari kepala hingga lutut.
· Full Shot (FS) : pengambilan gambar objek secara penuh dari kepala sampai kaki.
· Long Shot (LS) : pengambilan secara keseluruhan. Gambar diambil dari jarak jauh, seluruh objek terkena hingga latar belakang objek.
· Medium Long Shot (MLS) : gambar diambil dari jarak yang wajar, sehingga jika misalnya terdapat 3 objek maka seluruhnya akan terlihat. Bila objeknya satu orang maka tampak dari kepala sampai lutut.
· Extreme Long Shot (XLS): gambar diambil dari jarak sangat jauh, yang ditonjolkan bukan objek lagi tetapi latar belakangnya. Dengan demikian dapat diketahui posisi objek tersebut terhadap lingkungannya.
· One
Shot (1S) : Pengambilan
gambar satu objek.
· Two
Shot (2S) : pengambilan
gambar dua orang.
·
Three Shot (3S) : pengambilan gambar tiga orang.
· Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang.
· Group Shot (GS): pengambilan gambar sekelompok orang.
Gerakan
kamera akan menghasilkan gambar yang berbeda. Oleh karenanya maka dibedakan
dengan istilah-istilah sebagai berikut:
·
Zoom In/ Zoom Out : kamera
bergerak menjauh dan mendekati objek dengan menggunakan tombol zooming yang ada
di kamera.
·
Panning : gerakan
kamera menoleh ke kiri dan ke kanan dari atas tripod.
·
Tilting : gerakan
kamera ke atas dan ke bawah. Tilt Up jika kamera mendongak dan tilt down jika
kamera mengangguk.
·
Dolly : kedudukan
kamera di tripod dan di atas landasan rodanya. Dolly In jika bergerak maju dan
Dolly Out jika bergerak menjauh.
·
Follow : gerakan
kamera mengikuti objek yang bergerak.
· Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane.
· Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan.
· Crane shot : gerakan kamera yang dipasang di atas roda crane.
· Fading : pergantian gambar secara perlahan. Fade in jika gambar muncul dan fade out jika gambar menghilang serta cross fade jika gambar 1 dan 2 saling menggantikan secara bersamaan.
·
Framing : objek
berada dalam framing Shot. Frame In jika memasuki bingkai dan frame out jika
keluar bingkai.
Teknik
pengambilan gambar tanpa menggerakkan kamera, jadi cukup objek yang bergerak.
·
Objek bergerak sejajar dengan kamera.
·
Walk In : Objek bergerak mendekati kamera.
·
Walk Away : Objek bergerak menjauhi kamera.
Teknik
ini dikatakan lain karena tidak hanya mengandalkan sudut pengambilan, ukuran
gambar, gerakan kamera dan objek tetapi juga unsur- unsur lain seperti cahaya,
properti dan lingkungan. Rata-rata pengambilan gambar dengan menggunakan
teknik-teknik ini menghasilkan kesan lebih dramatik.
·
Backlight Shot: teknik pengambilan gambar terhadap objek dengan pencahayaan
dari belakang.
·
Reflection Shot: teknik pengambilan yang tidak diarahkan langsung ke objeknya
tetapi dari cermin/air yang dapat memantulkan bayangan objek.
·
Door Frame Shot: gambar diambil dari luar pintu sedangkan adegan ada di dalam
ruangan.
·
Artificial Framing Shot: benda misalnya daun atau ranting diletakkan di depan
kamera sehingga seolah-olah objek diambil dari balik ranting tersebut.
·
Jaws Shot: kamera menyorot objek yang seolah-olah kaget melihat kamera.
·
Framing with Background: objek tetap fokus di depan namun latar belakang
dimunculkan sehingga ada kesan indah.
· The
Secret of Foreground Framing Shot: pengambilan objek yang berada di depan sampai
latar belakang sehingga menjadi perpaduan adegan.
·
Tripod Transition: posisi kamera berada diatas tripod dan beralih dari objek
satu ke objek lain secara cepat.
·
Artificial Hairlight: rambut objek diberi efek cahaya buatan sehingga bersinar
dan lebih dramatik.
·
Fast Road Effect: teknik yang diambil dari dalam mobil yang sedang melaju
kencang.
·
Walking Shot: teknik ini mengambil gambar pada objek yang sedang berjalan.
Biasanya digunakan untuk menunjukkan orang yang sedang berjalan terburu-buru
atau dikejar sesuatu.
·
Over Shoulder : pengambilan gambar dari belakang objek, biasanya objek tersebut
hanya terlihat kepala atau bahunya saja. Pengambilan ini untuk memperlihatkan
bahwa objek sedang melihat sesuatu atau bisa juga objek sedang bercakap-cakap.
·
Profil Shot : jika dua orang sedang berdialog, tetapi pengambilan gambarnya
dari samping, kamera satu memperlihatkan orang pertama dan kamera dua
memperlihatkan orang kedua
0 komentar:
Posting Komentar